Rabu, 15 Maret 2017

kisah cinta yang tulus



k
isah ini berawal dari pertemuan yang tidak disengaja, tapi sebenarnya sebelum datangnya pertemuan itu , kami sudah pernah mungkin bertemu dalam kegiatan pramuka setahun yang lalu, tepatnya tanggal 26-30 oktober 2011. Tapi aku tidak terlalu melihatnya. Hanya saja dia bilang padaku “sebenarnya papi uda liat mami sewaktu kita RAIMUNA RANTING sayang di klumpang waktu itu ”
desah RudiAyu pun menyambung ”masak sich yank, mami koq gak tau yank”. ”mami sich sibuk sendiri” sambung Rudikemudian. Sepasang kekasih ini pun saling berdebat. Kembali lagi disaat kami sudah pulang kerumah, waktu itu Ayu dan Rudi berada dalam satu truk. Rudi menanyakan “waktu kita pulang itu mi, papi perhatiin mami itu dekat sekali dengan teman papi Mardyan”Ayu pun menjawab  “gak ach pi, mami sama mardyan itu Cuma temen aja, gc lebih dari itu koq yank.”  “bagus lah kalau mami sama dia itu Cuma temenan z.” sahut Rudi. Memang pada saat itu ayu lagi jomblo dan memang lumayan dekat dengan Mardyan, tetapi Ayu hanya menganggap kalau mereka hanya sebatas berteman saja. Memang pada saat itu mereka memang dekat, karna sewaktu mereka disana, mereka sering tak sengaja bertemu dan mengobrol saja. Tetapi Rudi bilang kalau disaat itu dan sebelumnya dia sudah menyukai Ayu.  “sebenarnya sich waktu RANTING itu papi sudah suka sama mami, tapi masih blom yakin ma perasaan ini.” Rudi menyatakan isi hatinya. “yang bener yank, kug gc da mami liat papi lah, kenapa papi gc da manggil mami waktu itu” sambung Ayu“bukannya gak mau manggil sayank, papi masih malu z” bantah Rudi. Kemudian Rudi pun semakin memperhatikan Ayu pada saat ada acara pembagian SERTIFIKAT dan TISKA RAICAB. Dia selalu memandangi Ayu yang clingak clinguk didepannya tanpa memperhatikan Rudi yang sejak tadi memandangi tingkah lakunya. “sungguh, hatiku semakin terasa aneh saat melihatnya, pertanda apakah ini ya allah” berkata Rudi dalam hatinya. Seraya Rudi yang selalu memandangi Ayutanpa di perdulikan, disaat itu lah rasa cinta itu ternyata bermula. Disaat waktu mau pulang ani bertanya ”yu, kau pulank sama siapa?”. ”gac tau nih ni, masih bingung aq, paling juga jalan kek biasanya” sahut Ayu. Ketika itu Rudi Mardyan dan Ade leat begitu saja didepan mereka tanpa melihat kearah mereka. “ich, padahal mau nebeng sam yang naik xeon itu” berkata Ayudalam hatinya. “Ani, itu siapa sich yang naek kereta xeon biru” bertanya Ayu. ”ooh, itu Rudi, dia anak paluh manan juga lah”jawab Ani. Sejak saat itu Ayu pun kadang teringat dengan si Rudi itu. Seminggu setelah kejadian itu, mereka dipertemukan kembali dijalan. Saat itu Ayu sedang menemani Tari adeknya Ani untuk ngisi minyak di SPBU. Setelah lewat didepan rumah Malik, Ayumelihat Rudi dengan temannya sedang ada didepan rumah Malik.Ntah pa yang mereka lakukan ditempat itu. “itu kek nha rudi lah” Berkata ayu pada tari.  “memang ea kak, kakak kenal juga yah”sahut Tari. “ya gak juga sich, Cuma tau2 z gitu” sambung Ayu.Dua kali kami bertemu pada hari itu dan yang kedua kalinya Rudimencoba menyapaku. “nama kamu ‘Ayu’ yah” tanya Rudi“ea”jawab Ayu. Mereka pun saling bertukar senyuman tanpa turun dari kereta dan  hanya sekilas lewat saja. “ginda, cewek itu tadi bakal jadi pacar aku gin” berkata Rudi pada Ginda. “ach, mana mungkin, ngarang aja kau rud” sahut Ginda“kita tunggu aja apa yang bakal terjadi,he he” tertawa senang Rudi “hallah kau rud, nomor hp nha aja kau gak  punya, kek mana mau jadi pacar diarudi rudi” ejek Ginda“kita liat aja nanti gin, aku yakin bisa dapetin dia” yakin Rudi . saat itu perasaan rudi semakin gak karuan. Dia hanya memikirkan bagaiman caranya untuk mendapat kan wanitu itu. “kek mana yah aku bisa dapetin dia, bener kata ginda, nomor hp nha aja aku gak punya”  keluh rudi. Tetapi keyakinan rudi tidak berkurang sedikit pun untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia pun meminta bantuan yati {adex dari mama nha rudi}. “yati, kau kan sekolah di tarbiyah, kau kenal gac sama ayu anak  akuntansi” tanya rudi pada yati“aku gak kenal sama dia rud, mank nha mau pha sich” sahut yati . “bantuin aku napa mintain nomor hp nha buat aku” pinta rudi“ich, aku gc kenal kek mana mau mintanya” bantah yati. “tanya ma suryanto, dia kan satu kelas sama yanto” mohon rudi. “ya udalah, nanti aku coba, tapi buatin aq facebook dulu, nanti aku mntain” pinta yati“ea, nanti aku buatin, tapi bener yah kau mintain nomor hp nya”sahut rudi“ea, tenang aja kau” yati meyakinkan rudi. Di sekolah, ayu terkaget dengan panggilan suryanto yang sangat kuat itu. “apa sich to, kau manggil orang apa manggil setan, kau pikir aku budek pha” protes ayu“minta nomor hp mu lah, anak ap1 minta nomor muh” jawab yanto. “siapa to” tanya Ayu bingung. “yati, udah , sini nomormuh” pinta yanto. Ternyata nomor aku itu untuk Rudi. Aku tahu itu saat Rudi sms aku. “mecom” sms Rudi“qmclam, nue cpa yh” balas Ayu“nue aq rudi” jawabnya. “rudi mna yah, rudi kan da banyak” balas ayu“rudi yang waqtu qta ketemu itu loh yu, ingat gc?” rudi meyakinkan ayu“oh, ea. Aku ingat, yang kemaren itu kan?” ayu menanyakan. Percakapan pun dimulai. Dari yang dulu sampai yang sekarang. Sampai dia minta alamat facebook aku biar mengatur pertemanan. Dan ternyata kami pun sudah berteman , memank jodoh x yach, he he. Dan pas tanggal 17 november, dia bilang sesuatu ke ayu. “ge pah nue kau rud?” tanya ayu“aku ge memikirkan sesuatu nue!” pikir rudibingung untuk menjawab. “memank rudi lagi mikirin pah sich, boleh tau gac?” tanya ayu yang berharap diberitahu. “aku lagi mikirin kamu itu jadi pacar aku!” jawab rudi cemas. “hah. Yang bener, itu kah yang ada dipikiran muh rud?” tanya ayu terkejut. “ea yu, jadi sekarang kamu uda tau kan loc aq suka sama kamu dan aku mau kamu jadi pacar aku, kamu mau terima aku jadi kekasih mu gak?” tanya rudi bimbang dan cemas memikirkan jawaban apa yang bakal keluar dari mulut wanita yang dia sayangi. “sebenernya aku belum tau jawaban apa yang akan aku kasi ke kamu rud!” jawab ayu haru. “quh juga sebenarnya gak maksa kamu untuk jawab sekarang, dan sebenrnya aku gc mau kasi tau perasaan aku ke kamu lewat hp. Tapi karna sudah terlanjur kamu tau jadi aku sekalian aja. Kamu butuh waktu kan, berapa lama aku harus menunggu muh yuk?” tanya rudi cemas. “aku gak tau berapa lama, tapi kalau seandainya aku tolak kamu, qta bakal tetap kberteman kan rud?” tanya ayu. Didalam pembicaraan yang sangat tegang itu ternyata ayu ketiduran. Sms pun dilanjutkan keesokan harinya. Ternyata si rudi ini satu kelas dengan sahabat lama kau lagi SD. Nurbaiyah. Itulah sahabat aku yang ternyata juga temen dekat nya rudi di sekolahnya. Kami pun serink smsan dengan nurbaiyah. Disitulah ayu menanyakan tentang si rudi. Bagaimana kesehariannya, gimana sifatnya dan semua tentang kehidupannya. Disaat itu lah aq  mulai yakin dan aku  juga sebnarnya punya perasaan dengannya. Aku pun sudah tertarik dengannya. “dia baik, manis dan perhatian sama akuh, dia juga sepertinya orang yang sangat penyayang, aku terima dia saja lah. Mudahan dia bisa buat aku bahagia dengan kasih sayangnya. Semoga dia juga bisa membuat aku menghilangkan rasa sakit aku dari mantan2 aku yang gac punya hati. Ya ALLAH, tunjukan aku, jika dia memang yang harus aku pilih, mimpikan aku malam ini dengan nya ya ALLAH sebagai pertanda dari muh ya ALLAH. Dan mimpi itu akan menjadi isyarat kuh ya ALLAH. Amin !!!”  ayu berkata dalam hatinya untuk mencari celah akan membuka hati untuk rudi“ walaupun dia masih kelas bawahann aku, tapi itu gc masalah. Umur bukanlah yang menentukan seseorang itu dewasa dan bisa bahagiakan orang yang disayang” sambung ayu dalam hati. Dan pada malam senin tepatnya tanggal 20 november 2011 ayu menerima rudimenjadi pacarnya. “bener yu, kamu terima aku jadi pacarmu? Apa kamu sudah pikirkan semua nya? “ tanya rudi senang. “sudah rud, aku sudah memikirkan semua itu, aku harap kamu bisa bawa aku kedalam kebahagiaan dengan kasih sayangmu rud” pinta ayu“ makasih ya yu, aku janji, aku akan bahagiain kamu hari ini esok dan nanti” jawab rudi kegirangan dan meyakinkan. Tepatnya jam 20.11 kami sah menjadi sepasang kekasih. Sejak saat itu mereka menjalin kasih. Dan mereka mempunyai panggilan kesayangan ‘umi with abi’. So sweet. Ayusenang banget karna dia bisa mengerti ayu dan keadaan ayu. Dia rudi juga bisa menerima ayu apa adanya. Walaupun terkadang ada pertengkaran2 yang terjadi diantara mereka. Tetapi pertengkaran itu bisa mereka lalui dengan baik tanpa merugikan salah satu dari mereka. Pertama x nha mereka bertemu paska pacaran adalah di hari jumat tanggal 25 november. Kami berdua ke ESKA. Disana dia selalu memperhatikan ayuAyu pun tersipu malu malu. Lucu banget tingkah mereka. Sesekali rudi dengan sengaja memoto ayu tanpa sepengetahuannya. Dan setelah itu dia mengantarkan ayu pulang kerumahnya. Dan malam ini untuk kedua kalinya mereka janjian untuk ketemuan di malam minggu pada tanggal 27 november. Ayubegitu senang. “mi, koq gc pake jilbab?” tanya rudi sewaktu lagi makan bakso di klumpang. “mangnya abi suka yah lox cewek pake jilbab?” tanya ayu kembali sembari melihat pakaiannya yang hanya memakai kaos dan celana jeans panjang. “sebenanrnya ea sich mi, tapi gak pa koq mi” jawab rudi kemudian. “maaf yah bi, umi gak bisa jadi apa yang abi inginkan” balas ayu lemas dan malu. “uda gak papa, umi kan gak tau. Nanti kan bisa belajar sayang” jawab rudi“bener abi gak marah sama umi bi?” tanya ayu kembali. “ea sayang, mana mungkin abi marah sama orang yang abi sayang” jawab rudi meyakinkan ayu“makasih yah bi, makasih uga untuk malam ini” balas ayu dengan senyuman. “no problem sayang” hibur rudi.    Setelah seminggu berlalu . Ada masalah yang terjadi karena ayu itu orang nha yang apabila punya pacar, ia mau sering-sering bertemu untuk melepas rindu. “bi, kita uda 2 minggu gak ketemu. Umi kangen ma abii? Kapan kita ketemu bi?” tanya ayu“bukan nha abi gak mau ketemu umi, muka abi lagi bentol-bentol, jadi malu ketemu umi!” jawab rudibingung. “umi mau ketemu abi dan umi sayang dan cinta ma abi bukan karena muka abi. Muka kapan aja bisa berubahTapi kepribadiaan susah buat di ubah. Itu yang umi suka dari abi. Jadi gak usah malu gitu yah bi ma umi. Umi kan pacar abi bukan nha orang lain!”pinta ayu“ea dech sayank aku yang bawel, besok kita ketemu yah pas selesai bagi raport di ESKA yh syank”. Keesokan harinya kami bertemu . ayu bersama dua orang temannya lia dan yani. Dan rudi membawa satu temannya teddy. Disana kami ngobrol bicarain tentang hasil raport kami. “umi juara berapa?” tanya rudi kepada ayu. ”juara 2 bi, lok abi juara berapa bi?” tanya ayu kembali. “ngikut aja umi ni, abi juga juara 2 loh!. Kug bisa sama yach kita mi?” rudi bertanya sambil bingung.  “ya umi mana tau bi” jawab ayu spontan. “Memank jodoh mungkin kalian yu, hahay” sambung lia dari samping ayu. Hari2 pun dilalui sampai menginjak usia pacaran yang pertama kali. Dan pada minggu ke-6 kami pacaran. Dia mengajak ku ketemuan dimalam minggu. Kami berdua hanya jalan2 dan makan bakso. Seru sekali saat itu. Ayu merasa senang sekali saat itu. Namanya juga lagi jatuh cinta. Pasti dunia terasa hanya milik mereka berdua. Semua berjalan lancar sampai suatu hari, ada kegiatan pramuka dalam rangka RAIDA (Raimuna Daerah) yang akan dilaksanakan di sibolangit. Sebelum mengikuti kegiatan tersebut, kami para peserta diharuskan unntuk mengikuti penyeleksian terlebih dahulu. Syarat untuk mengikuti seleksi yang pertama adalah para peserta diwajibkan sudah bantara. Sedangkan rudi pacarnya ayu belom bantara. “jadi kita disuruh ngumpul ke klambir untuk membicarakan tentang kenaikan bantara untuk yang mau ikut seleksi” berkata rudi“itu kan abi yang belum bantara, umi kan uda bantara” jawab ayu sinis. “ea sich, mkanya temenin abi ke klambir yah biar bisa jadi bantara kek umi” pinta rudi“ea dech, apa yang gak buat kamu sayang?” rayu ayu. Setelah itu mereka segera pergi ke klambir V bersama teman2 ayu juga. Setibanya disana, sudah banyak anggota yang lain yang juga ingin dilantik menjadi bantara. “kalian akan dilantik malam ini, tapi kalian akan nginap disini untuk malam ini aja” kata kak iwan (pembina klambir). “ea kak” serentak semua anggota menjawab. Dan kami yang sudah bantara diperkenankan untuk ikut membantu dalam pelantikan ini. “kek mana ini nun, boleh gc kita kut disini?” tanya ayu“gak tau yu, yuk kita kerumah pak zul buat nanya nya?”jawab ainun bergegas. Langsung segera ayuainun, ani, dan yanipergi kerumah pak zul“pak, kami disuruh kak iwan buat bantuin pelantikan orang ini!boleh gc pak?” pinta ainun. “gak, karena kak iwan gak secara resmi memintanya. Kalian kan punya gudep dan punya pembina, jadi harus ada pemberitahuan terlebih dahulu!” jawab tegas pak zul“ea udah pak, kami pamit pulang”  balaz ainun. ”jadi umi gak ikut lah, dan gak bisa bareng abi lah?” tanya rudi“ea pi, gak dikasi pembinanya”jawab ayu. Tetapi ntah kenapa kahirnya ainun dan ayu bisa ikut ke klambir dan ikut membantu pelantikan. Disana rudi dan ayu selalu berdua. Walaupun pertama rudi ngambek sama ayu karna ayuterlalu sibuk disana. Tetapi akhirnya mereka mesra kembali dan menjadi bahan omongan para anggota lain disana. Gak sampai disitu saja, ternyata akibat dari kedatangan ayu dan ainun disana mengakibatkan kemarahan para pembina kami. Itulah masalah yang akan dihadapi ayuainun, siti, liana dan yuda. Dan disaat kami memerlukan surat mandat izin dari sekolah untuk mengikuti seleksi. Kami dihadapakan dengan kemarahan para pembina. “kalian harus tanda tangan pake materai yang berisi bahwa kalian tidak akan mengulangi perbuatan kalian lagi. Ngerti kan?” tanya kak yasir, selaku kakak pembimbing kami. “ea kak” jawab mereka berlima. Setelah urusan itu selesai mereka pulang kerumah masing2. Jam 5 pagi mereka sudah diharuskan untuk sampai di klambir v. “bi, nanti jemput umi sama ainun yah bi?” pinta ayu“ea sayang” jawab rudi. Jam 5 lewat sedikit rudi sudah sampai. Kami pun bergegas untuk pergi ke klambir dengan diselimuti kabut dan udara yang sangat dingin. Setelah sampai, kami pun menunggu anggota yag lain. Setelah semua nha sudah kumpul, kami pun pergi menuju pakam, tempat kami akan diseleksi. “doakan abi ya sayang, biar lulus seleksi” pinta rudi“pasti sayang, abi juga doain umi supaya lulus juga ya sayang?” pinta ayu kembali. “okey sayang” balas rudi. Disaat penyeleksian kami sama2 memberi suport. Setelah semua kegiatan penyeleksian selesai, kami pun pulang dengan naik angkot. So sweet dech. Kami berdua duduk di angkot dan bersebelahan. Ayu sangat manja pada rudi. Sering sekali ayu bersandar pada rudi. Memank pasangan yang cocok mereka berdua. Setelah sampai mereka bukan nha langsung pulang, malah mereka jalan2 sampai malam. Memang2. Seminggu kemudian terdengar kabar siapa2 saja peserta yang akan lulus dan akan mengikuti seleksi yang kedua. Ternyata dari tarbiyah, hanya ayu, izen dan siti saja yang lulus. Sedangkan rudi gak lulus. Ayusedih, dan akhirnya ayu memutuskan untuk tidak ikut seleksi itu dikarenakan juga tidak ada biaya. “jadi umi gak kot mi seleksinya?” tanya rudi“gak lah bi” jawab ayu lemas. “kenapa yank, kan sayang x sich” tanya rudi bingung. “gac da biaya, lagian abi juga gak ikut. Jadi mami gak semangat jadinya”jawab ayu lesu. “y udah dech kalu umi mau gitu, tapi sayang x mi”  kata rudi meyakinkan. “ya udah lah bi, gak beruntung aja x bi” jawab ayu. Keesokan harinya rudi mengajak ayu buat malam tahun baru bareng. Dia mengajak ayu ke ring rood. Tetapi karena malam itu hujan, mereka berteduh di klumpang. “ujan mi, kek mana nueh?”  tanya rudi“gc tau pi, ya kita tunggu reda aja dulu disini. Mana tau sebentar lagi hujan nya berhenti” jawab ayu meyakinkan. ‘’ya uda dech”sambung rudi“hemz, dingin x yah bi” kata ayu yang sedang meringkuh kedinginan. “ea yank, seandainya umi mau nyium pipi abi, pasti hangat sekali. Tapi abi yakin kalau umi mana berani buat nyium abi” ejek rudi.“berani yah bi” jawab ayu tegas. “mana mungkin, coba hayooo?” rayu rudi. Tiba2 ayu mencium pipi rudi, dan rudi juga membalas ciuman ayu. Tapi bukan dipipi, melainkan dibibir. “ich abi, umi cium d pipi, abi malah nyium dibibir. Curang”  kesal ayu“ya biar, gak boleh yah” balas rudi“ya boleh, tapi bilang2 lah dulu” keluh ayu“mana enak sayang lok bilang-bilang” ejek rudi. Disitulah pertama kali nya mereka berciuman. Sungguh bahagia sekali mereka berdua. Dalam keadaan hujan dibawah gubuk mereka saling menghangat kan diri dengan pelukan dan ciuman mesra. Sungguh sangat mesra. Setelah hujan berhenti mereka pulang kerumah dan gak jadi untuk maen ke ringrood. Setiba nya dirumah, ”ma, buka pintu” panggil ayu. Tetapi tak suara yang menyahut dan membukakan pintu. Setelah ayu berkeliling rumah, ternyata keluarganya belum pulang dari rumah neneknya di bulu cina. Memang kalau sudah berkumpul, pasti lama sekali pulangnya. “ich, entut lah. Kalau tau kek gini aku lama2 aja sama rudi. Sekarang kek mana masuknya” pikir ayu. Akhirnya ayu nekad mencari celah jendela yang tidak tertutup rapat. Dan tanpa permisi ayu masuk dari jendela seperti maling. “gara2 mama ni gak ninggalin kunci, jadi kek malingkan aku sekarang. Nasib2 lah” berkata ayu dalam hati. Tetapi diingat-ingatnya lagi kejadian tadi. Semuanya bisa menghilangkan rasa kesalnya dihati karna kejadian masuk jendela tadi. Memang kalau sudah bicara tentang cinta, semua masalah bisa teratasi. Cinta-cinta. Dan pada suatu hari, ada perlombaan antar penegak di cadika deli serdang dengan tema rovers scout camp challence. Sekolah ayu dan rudiikut serta dalam kegiatan itu. “jadi kta bisa jumpa lah mi pas rovers nanti?” kata rudi senang. “ea donk yank, tapi gac enak Cuma satu malam z” jawab ayu“ya gac papa yank, satu malam pun tukan malam minggu. Bisalah kita bareng yank?” rayu rudi“ea bisa lah mungkin yank” kata ayu. Sesampainya disana. Mereka salink berpandangan. Walaupun tenda mereka berjauhan. Tetapi tenda cowok berdampingan dengan tenda cowok sekolah rudi“sayang, uda makan belom” tanya ayu“belom mi” jawab rudi lemas. “kenapa belom makan, gak bawa nasi pa?” tanya ayu tegas. “bawa, tapi males makan sendiri z” pinta rudi“ya udah sini umi suapin, cepat ambil nasi nha” pinta ayu. Tiba2 aja yani dan ani datang ,menghampiri aku yang ada dipinggir teras yang sedang menunggu rudi“paen kau yu” tanya ani“dari tadi pun dicariin” sambung yani. ‘’aku nunggu rudi, dia belom makan. Jad kusuruh dia ngambil nasi’’ jawab ayu“ooh, nebeng makan uga acch, banyak kan dia bawa nasi yu?” tanya animelas. “gac tau, mungkin banyak ni” jawab ayu. Lalu rudi datang dengan membawa nasi yang dibungkuskan mama nha dari rumah. “lauk pha rud, nyicip lah aku” pinta yani“lauk sambel ikan teri sama tempe. Ya udah sini gabung, lagian aku bawa dua bungkus ni” jawab rudi meyakinkan. Tanpa da kata2 lagi mereka langsung makan. Rudi dan ayu saling suap2an. Sungguh membuat teman2nya ayu menjadi iri. “memanglah kalian, gak dirumah disini pun tetap mersa aja. Iri aku kan” kata ani sambil memperhatikan kelakuan mereka berdua. Keesokan harinya mereka mengikuti kegiata perlombaan. Tak jarang mereka nampak berdua. Memang  mereka susah buat dipisah. Lengket seperti direkatkan dengan lem. Setelah semua kegiatan mereka ikuti. Setelah perlombaan itu selesai. Mereka kembali  kerumah masing-masing. Hari-hari selanjutnya mereka jalani dengan bahagia. Walaupun terkadang mereka brantem sich. Di bulan maret, ayu bingung memikirkan kado pah yang akan diberikannya pada saat rudi ulang tahun. “ducch, beli kado pah yah buat dia?” pikir ayu bingung. “mana gak da duit age, gimana yah kalau kado nha nanti aja nyusul. Tapi malu sama dia. Masak aku pacarnya gak ngasi pa2 buat dia.” pikirnya kembali bingung. Keesokan harinya tepat tanggal 11 maret 2012 dan tepat dihari minggu. Ayu hanya menemani rudi seharian dan kemanapun rudi pergi ayu selalu disampingnya, sebagai pengganti karna tidak ada kado dari ayu“bi, umi gc punya hadiah buat abi” tanya ayu. “ gak pa koq mi, abi gc pentin hadiah pa2 dari mami” jawab rudi“ya tapi kan bi”belum sempat ayu melanjutkan kata-kata nha, rudi tiba menggemgam tangan ayu dan berkata ”sayang, di ulang tahun abi sekarang nie, abi gac mau hadiah pa2 dari umi. Abi Cuma mau umi sayang dan cintai abi seumur hidup umi, dan jangan pernah tinggalin abi”. ”bener bi, mami akan lakuin itu buat abi. Tanpa abi suruh dan minta pun umi akan ngelakuinnya tulus buat abi dan buat cinta kita” jawab ayu sambil menangis haru. “uda sayang, jangan nangis lah. Masak abi ultah mami nangis gitu sich yank, senyum donk. Gitu kan manies” pinta rudi. “ea sayang, umi menangis bahagia kok” jawab ayu sambil mengusap air matanya dengan jilbab yang dikenakannya. Setelah hari itu, ayudan rudi semakinn mesra dan mengerti satu sama lain. Dan  waktu bulan 4 pertengahan. Mereka putus satu jam. Ceritanya sich gac nyambung. Nue semua terjadi sewaktu ayu dan rudi menemani temannya ayu untuk kekantor taspen, tempat pkl nha temen2 ayu. Diparkiran ayu dan rudi menunggu ani yani lia dan ainun. Tetapi rudi itu jail sekali. Dia menutup aliran minyak kereta lia. Ayumengira kalau rudi hanya bercanda saja. Tetapi sewaktu dipertigaan tiba2 aja kereta lia mati dan hampir ditabrak orang. “ich, kek mana nueh, kereta ku koq mati” kata lia bingung dan kaget. “bi, abi apain kereta lia” tanya ayu serius. “gc da mi” jawab rudi“bi, betulin sana” pinta ayu“ea dech” jawab rudi“kau rud, jahat x ma kami. Kalau tadi kami ketabrak kek mana” tanya lia“ya maaf” jawab rudi singkat sambilmemperbaiki kereta lia“abi koq kek gtu. Kalau tadi ketabrak kek mana. Jail kali pun” tanya ayumarah. “marah2 aja pun, uda betul juga nya keretanya”  jawab rudi ngeles. “ea, tapi kan karna kita dibelakang orang itu. Coba tadi jauh, kek mana coba” tanya ayu mulai emosi. “ntah lah mi”jawab rudi juga emosi. Dijalan mereka diam saja. Tak da satu kata pun yang keluar dari mulut mereka. Dijalan, rudi sangat kencang membawa kereta, membuat ayu semakin marah dan kesal padanya. “mau bunuh awaq taw kek mana nue. Uda gac sayang aja bilang”  tanya ayu kesal. Tetapi rudi hanya diam membisu dan hanya fokus pada jalanan saja. Sesampainya di simpang kuburan ayu memaksa turun dan tak ingin diantar kerumah. Spontan rudimenurunkan ayu dan langsung bergegas pulang tanpa melirik dan berkata sesuatu pada ayu. Kejam nya lah rudi. Seperti gak kenal aja dibuatnya. Dirumah ayu mencoba tuk mencari celah agar masalah nya selesai. Ayu mencoba menelpon dan mensms rudi. Tapi ternyata hpnha dinonaktifkan oleh rudi. Tulah yang membuat ayu semakin bertambah kesal padanya. Dan akhirnya rudi sms ayudan bilang “dia Cuma mikirkan dan syang ma temennya aja. Dari pada kek gtu, lebih baik kita putus aja ” tanya rudi“ooh, jadi gitu maunya. Ya udah kita putus”  jawab ayu kesal. Tetapi sesaat kemudian rudi sms ayu dan memintanya untuk gak jadi putus. “mi, abi masih sayang banget sama umi. Maafin abi yah mi. Jangan tinggalin abi. Abi gak bisa tanpa ada umi disamping abi mi. Mau kan mi balekan age ma abi mi?” tanya rudi memohon. Ayu pun yang juga masih sayang sekali pada rudi langsung mengiyakan permintaan rudi“ea udah, kita balikan lagi. Tapi janji yah gak kan jail kek gitu. Itu uda kelewatan loh bi?” pinta ayu“ea mi, abi janji gakkan gitu lagi. Tapi beneran kan kita balik lagi dan umi uda maafin abi?”  tanya rudi“ea bi, umi uda maafin abi. Umi uga gak bisa jauh-jauh dari abi. Umi masih sayang banget sama abi” jawab ayu“makasih yah sayang ku” kata rudi. Akhirnya mereka kembali bersatu lagi. Setiap hari mereka lalui dengan kebahagiaan. Walaupun sesekali bertengkar. Tetapi sewaktu awal bulan empat, rudi mengatakan bahwa tepatnya tgl 18,19 dan 20 mei, dia akan pergi ke percut untuk mengikuti kegiatan perlombaan yang di adakan oleh percut sei tuan dalam rangka ulang tahun gudep. Disitulah ayu sedih. Karna ditanggal 19 mei dia akan berulang tahun yang ke 17. Dia sedih karna disaat itu rudi tidak ada disampingnya untuk menemaninya seperti yang dilakukan ayu saat ulang tahun rudi“bi, abi bener mau ikut yah?”  tanya ayu sedih. “ea dong syank, tapi masih bingung nueh?” jawab rudi. Didalam hati ayu, dia berkata ”asyek, papi masih bingung. Mungkin karena saat itu aku ultah x yah?” lalu ayu bilang ke rudi”bingung kenapa bi?”Rudi menjawab  ”bingung karena gak ada tas dan persiapan belom lengkap!”. “ooh gitu yah” . ayumengira rudi akan ingat akan ulang tahunnya. Setiap hari ayuselalu memikirkan persoalan itu. Tidak sering mereka bertengkar karena itu. Tetapi saat 2 minggu lagi akan berangkat tiba-tiba aja rudi gak sengaja hendak menabrak kucing didepan rumahnya saat hendak pergi kesekolah. “mi, abi gak bisa jemput umi sekarang?” tanya rudi sambil menahan sakitnya dikamar. “kenapa sayang?”  ayu pun bertanya kembali. “abi jatuh naik kereta tadi didepan rumah karena mau nabrak kucing mi. Sakit x rasanya”jawab rudi lemas. Ayu pun sedih mendengar kabar dari rudi itu. “kek mana nue,mau jenguk tapi sama siapa?” pikir ayu bingung. Akhirnya ayu mengajak kak ary, erik, ani, yani . “yu, mangnya rudi jatuh kenapa?” tanya kak ary“nabrak kucing kak didepan rumahnya” jawab ayu menjelaskan. “ya udah, yuk pigi. Kami nanti mau latian lagi di klambir nue!” sambung erik bergegas. Akhirnya kami pergi kerumah rudi. Sesampainya disana rudi menyambut mereka dengan jalan yang pincang2 ”masuk-masuk. Duchh, sakit x kaki” rudi mempersilahkan masuk. Rudi pun sangat senang karena pacarnya datang untuk menjenguknya. “makasih  yah sayang, uda mau dateng kerumah dan mau jenguk abi. Abi seneng x hari ini”  berkata rudi yang dengan cara berbisik2 ditelinga ayu“ea bi, umi datang buat abi dan biar lukanya cepat sembuh” jawab ayu sambil memperhatikan luka2 yang ada di kaki dan tangan rudi“rudi, gelar ni tikarnya. Bawa juga nue minumnya buat teman muh” jerit mama rudi dari dapur. “ambilkan aldi, payah aku bergerak” pinta rudi kepada adeknya. “uda rud, gac usah repot-repot. Semua yang da dikeluarin aja”sambung yani dengan rasa tak malu. “minum-minum. Capek kan kalian kesini” kata rudi sambil menuangkan minumnya. “sakit x yah bi rasanya” tanya ayu sambil mengelus elus kaki yang ada lukanya. “tadi sich sakit yank, tapi sekarang gak sakit lagi karena da umi disamping abi”  jawab rudi merayu. “heleh. Rudi rudi. Uda sakit pun masih sempat-sempatnya merayu ayu” kata ani iri. “sirik aja kau ni” balas rudi menganekkannya. “jadi sekarang kau gak bisa ikut ke PST lah rud. Kaki kau aja kek gini. Kek mana mau LKBB” tanya kak ari“ntah ni, kalau sembuh dan bisa jalan sempurna aku yah ikut. Sayang x kalau gak ikut” rudi memaksakan dirinya. “bi bi, uda sakit gini pun, paksa x ikut. Rugi x pha kalau gak kut” tanya ayu sebel. “liat nanti lah mi. Tapi jangan marah lah sayang? Jelek tau kalau marah!” rayu rudi sambil mencubit pipi ayu yang cabi itu. Itu memang sudah kebiasaannya rudi mencubit pipi ayu“uda siang wey, pulang yuk” kata ainun. nyambung. “ea yok, kami mau latihan lagi ni” sambung erik yang dari tadi diam dan baru nue memberikan suaranya. Akhirnya mereka pamit. “mi, pamit dulu sama mama” pinta rudi“ea bi, nue kan mau pamit sama calon mertua. He he” jawab ayu sambil tersenyum. “ bu, kami pulang yah bu. Maksih yah bu” kata ayu tersenyum sambil bersalaman dangan mama nya rudi. “ea yah, makasih juga yah uda mau nengok rudi. Hati2 dijalan yah” balas mama rudi dengan senyuman. “rudi, kami pulang yah. Cepet sembuh yah”serempak mereka berkata itu. “ea yah, makasih yah wey” jawab rudi senang. “bi, umi pulang dulu yah, diminum obatnya. Dan jangan lupa makan dan istirahat. Cepet sembuh yah sayang”kata ayu sambil melepaskan tangannya yang dari tadi digenggam oleh rudi“ea sayang, hati2 dijalan yah” balas rudi tersenyum. Akhirnya mereka pulang dan selamat sampai dirumah. Sesampainya dirumah ayu langsung sms rudi “sayang, gimana keadaannya sekarang?” tanya ayu“ sakit x mi” balas rudi“ tapi tadi katanya gak sakit” balas ayu lagi. “abis umi pulang sich, jadi sakit lagi kan jadinya” rayu rudi“ich abi, sakit2 pun ngegombal aja kerjanya”. “gak gombal sayang, nue beneran loh” balas rudi lagi. “hemz, ea lahtu sayang. Istirahat sana. Biar nyerinya ilang” balas ayu“ea sayang, sayang juga istirahat yah, jangan sampek sakit pokok nya” pinta rudi. “ ocey bawell”balas ayu  lagi. Mereka berdua pun beristirahat. Selang seminggu dari kejadian  itu, kaki rudi pun mulai sehat. Dia pun diajak kak iwan dipaksa untuk ikut perlombaan itu, ayu pun kembali sedih mendengarnya. “abi jadi ikut perlombaannya bi?” ayu bertanya sambil hatinya menangis. Dan saat 2 hari lagi akan berangkat. Ayukembali menanyakan hal itu “ abi jadi ikut?”. “gak lah mi” jawab rudi. “apa alasannya, tapi abi ngotot x pengen ikut kegiatan itu bi?” tanya ayu kembali. “karna di tanggal 19 itu ada hari yang sangat spesial” jawab rudi. “manknya hari pha bi?” kembali ayumenanyakan dengan rasa ingin tahu yang sangat amat besar.  “ karna di tanggal 19 itu hari ulang tahun kekasih saya yang sangat saya sayangi dan saya cintai, saya akan coba buat kejutan tapi kalau itu gak bisa setidaknya saya itu harus ada didekatnya tuk temani dia” jawab rudi menjelaskan. Ayu pun sangat senang mendengarnya. Ayu kira bahwa rudi itu lupa akan ulang tahunnya, tetapi ternyata tidak. Sungguh bahagia nya hati ayusaat itu.

BERSAMBUNG......




kisah sang musyafir

Dahulu kala, di daratan Arab, di kota Makkah, hiduplah seorang Syekh Sufi yang taat, seorang guru besar yang bernama San’an. Sudah lima puluh tahun lamanya dia mengabdikan hidupnya untuk melayani Tuhan dan makhluk-Nya. Dengan tinggal di sebuah pertapaan, sang Syekh membimbing calon-calon Sufi di dalam perjalanan spiritualnya. Bila malam tiba, dalam gumaman doanya, dia berbagi misteri-misteri penciptaan bersama Tuhan Terkasihnya. Mereka yang datang ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji, kerap mengunjungi sang Syekh-untuk mendengarkan nasihatnya dan belajar dari ajarannya. Dia memiliki 400 orang murid, semua muridnya setia kepadanya, mereka menuruti semua perintahnya tanpa menghiraukan kehendak dan keinginan merea sendiri. Mereka mempercayai gurunya sepenuh hati, mereka meninggalkan keluarganya dan menjadi abdi sang Syekh.
Suatu malam, San’an bermimpi. Dia melihat dirinya berada di kota Rum, di wilayah Kerajaan Byzantium, sedang tunduk kepada suatu berhala. Dia terbangun dengan perasaan tegang, takut mimpinya merupakan pertanda dari Tuhan atas peristiwa yang akan terjadi. San’an coba mengenyahkan mimpinya, berkata pada dirinya bahwa itu tak lebih sekadar mimpi dan tidak punya arti apa-apa. Tetapi dia menjadi cemas ketika mimpi itu datang kembali dan terus muncul di dalam tidurnya. Ketika dia tidak lagi dapat mengabaikan mimpi buruk yang menghantuinya, San’an memutuskan untuk pergi  ke Byzantium agar mengetahui apa yang disimpan Tuhan untuknya.
{jcomments on}
Sewaktu San’an berkemas-kemas, banyak muridnya yang berkeras menemaninya, sebagaimana kebiasaan kaum Sufi di kala itu. San’an memperingatkan mereka bahwa perjalanan yang akan mereka tempuh mungkin tidak akan menyenangkan, tetapi mereka tetap pada pendiriannya. Maka San’an dan murid-muridnya pun berangkat, berjalan siang dan malam, tidak peduli akan hujan, dan tak seorang pun yang mengeluh.
Akhirnya mereka tiba di dekat sebuah tempat peribadatan di perbatasan kota Rum. Ketika mereka mengamati tempat itu, Syekh mendengar suara yang menyentuh jiwa, suara yang lebih lembut dibanding tiupan angin sepoi-sepoi, lebih ringan dari bulu, dan menyanyikan lagu cinta yang membuat hati dipenuhi hasrat. Syekh mengikuti suara itu. Dia tiba di sebuah jendela terbuka di lantai kedua tempat ibadah itu. Di situ tampak seorang gadis Kristen sedang duduk menyisir rambutnya yang panjang dan berwarna keemasan sambil menyenandungkan bait-bait kesedihan. Cahaya memantulkan rambutnya, bibirnya yang merah dan mengkilat merekah seolaholah siap menerima ciuman, dan lehernya yang putih seperti pualam terlihat dari celah kerah bajunya. Menciptakan pemandangan yang begitu indah sehingga bahkan orang sealim San’an pun terpesona. San’an terpaku melihatnya, dia tidak dapat mengalihkan tatapannya. Hatinya berdebar kencang dan nafasnya sesak. Dalam sedetik, lebih singkat dari sekejap mata, orang tua itu jatuh cinta kepada gadis Kristen tersebut. Akhirnya dia terduduk di tempat, tubuhnya menggigil, dan menangis, “Oh, Tuhanku! Aku ini terbuat dari apa? Api apa ini; membakar jiwaku, merampasku dari keberadaanku?”
San’an duduk di dalam api cintanya yang meluluhkan jiwa dan pikirannya. Dalam sekejap dia telah melupakan siapa dirinya dan dari mana dia berasal. Tidak ada lagi yang dipedulikannya kecuali memandang kembali wajah gadis muda tadi. Namun gadis itu telah meninggalkan jendela dan menghilang tanpa menghiraukan ratapan dan tangisan sang Syekh.
Murid-murid San’an akhirnya menemukan gurunya dalam keadaan menderita begitu, kebingungan tidak tahu harus berbuat apa. Mengira Syekh mungkin baru saja melampaui sebuah tahapan, mereka coba mengatakannya, tetapi tidak membantu, Syekh tidak mendengar apa yang mereka katakana dan hanya berdiam menatap jendela kamar si gadis yang sekarang kosong.
Menjelang malam, Syekh semakin menderita karena dia menyadari bahwa dia harus menunggu hingga pagi agar bisa melihat kembali cintanya. Agaknya gelapnya malam memberinya racun cinta yang kuat, yang menambah kerinduannya, dan hatinya terluka lebih dalam. Dia meratap dan merangkak di atas tanah. Dia mencakari tanah dan meremasnya dengan tangan gemetar, membasahinya dengan airmata."Tak pernah kualami malam yang begitu panjang," rintihnya. “Malam-malam penuh derita pernah kualami, tetapi tidak ada yang serupa seperti malam ini. Tidak pernah ada yang membuatku begini sedih, dan tidak pernah aku merindu seperti malam ini. Aku merasa seperti lilin yang kehilangan malam. Cahayaku akan dipadamkan oleh sinar mentari, dan aku tidak akan bertahan hidup lebih lama untuk menyampaikan kisah tentang malam yang mengerikan ini. Tidak ada lagi kesabaran yang kupunya untuk melewati kegelapan-juga tidak ada lagi pikiran untuk meyakinkanku tentang alasan datangnya fajar. Tubuhku remuk di bawah beban cinta ini. Di mana lenganku, setidaknya aku bisa mengubur diri di tanah kotor ini agar aku tidak harus menanggung perpisahan ini; atau di mana kakiku, agar aku dapat membawa diriku kepada cintaku! Andai aku memiliki teman yang simpatinya dapat membebaskanku! Oh, aku tidak punya apa-apa lagi. Telah kuberikan segalanya ke dalam cinta yang menerjang merampas mengempaskan ini.!”
Murid-murid San’an berkumpul mengelilingi Syekhnya yang tengah menderita, mereka ikut merintih bersamanya sepanjang malam. Bukan karena mereka mengerti, tetapi karena mereka sedih dan bingung atas apa yang terjadi pada gurunya.
Begitulah, San’an mabuk kepayang kepada gadis Kristen yang melayani rumah ibadah tersebut. Kegilaan menimpa San’an sehingga dia lupa akan masa lalunya. Seakan-akan dia tahu dunia akan berakhir, yang dipedulikannya hanyalah sepasang mata biru memikat yang seolah mengikutinya ke mana pun dia pergi.
Pada malam kedua, San’an menjadi sangat resah. Murid-murid nya kembali berkumpul mengelilinginya, mengkhawatirkan keadaan San’an. Mereka berpikir bahwa mungkin mereka dapat berbicara dengan San’an untuk mengeluarkan San’an dari obsesinya. Masing-masing maju mendekati San’an dengan saran dan anjuran.
“Kenapa tidak engkau lupakan saja gadis itu? Lakukanlah penyucian diri untuk membersihkan jiwamu, dan kita semua bisa pulang.”
“Penyucian diriku sudah kulakukan dengan darah dan hatiku yang terluka. Jangan bicara tentang penyucian diri denganku, kau tidak tahu apa-apa tentang hati yang bersimbah darah Karena cinta!”
“Jika engkau bertobat atas dosa-dosamu, Tuhan akan memaafkanmu, karena engkau telah menjadi Syekh selama bertahun-tahun.”
“Apa yang kusesali adalah ke-syekh-anku, dan tidak ada lagi yang lain selain itu.”
“Engkau penuntun kami menuju Cahaya, orang yang mengetahui jalan menuju Tuhan. Jika engkau berdoa kepada-Nya, Dia pasti akan mendengarmu dan memaafkanmu.”
“Aku berdoa untuk jelita yang memabukkan itu. Semua-mua doaku telah terikat terpikat kepadanya.”
“Apa engkau tidak menyesali cinta beginian, yang telah sepenuhnya membutakanmu?”
“Aku sungguh-sungguh menyesal, namun hanya menyesali satu hal-bahwa mengapa aku tidak jatuh cinta dari dulunya.”
“Tidakkah engkau peduli akan apa yang dipikirkan orang lain? Apa yang akan dikatakan orang bila mereka mendengar Syekh mereka yang alim telah tersesat?”
“Apa yang dikatakan orang lain tentang aku tidak lagi menjadi masalah untukku. Kenapa aku harus mempedulikan anggapan mereka terhadapku? Aku terbebas dari hal itu, sekarang.”
“Tidakkah engkau peduli pada sahabat-sahabatmu-terhadap kami dan murid-muridmu yang lain? Tidakkah engkau menyadari, hati kami terluka melihat engkau begini?”
“Yang kupedulikan hanyalah melihat kekasihku bahagia. Bagiku, yang lain sudah tiada.”
“Ayolah, mari kita kembali ke Makkah dan Ka’bahnya. Kita lupakan perjalanan ini serta apa yang terjadi di sini.”
“Makkahku satu-satunya adalah tempat ini, dan Ka’bahnya adalah jelita di tepi jendela itu. Di sinilah tempat orang mabuk cinta dan bukan di sana.”
“Setidaknya, sadarlah akan firdaus. Engkau sudah tua dan tidak punya banyak waktu tersisa. Jika engkau berharap bisa masuk Surga, tinggalkan kesia-sian ini.”
“Surga apa yang lebih indah dibandingkan paras malaikat kekasihku? Untuk apa Firdaus jikalau aku memiliki yang satu ini?”
“Tidakkah engkau malu di hadapan Yang Mahakuasa? Selama bertahun-tahun Dia telah menjadi penghidupanmu satu-satunya. Bagaimana engkau bisa mengkhianati-Nya sekarang?”
“Bagaimana aku dapat melarikan diri dari jebakan yang Tuhan sendiri ciptakan untukku?”
“Oh, syekh yang luhur, ini permintaan kami yang terakhir. Demi Allah, kembalilah kepada keyakinanmu dan jangan abaikan kami, murid-muridmu ini.”
“Jangan memintaku begitu. Aku tenggelam di dalam hujjah, dan untuk orang yang telah menyingkirkan keyakinan dan memilih fitnah, tidak ada jalan untuk kembali.”
Ketika mereka gagal member saran, mereka memutuskan untuk beristirahat di sebuah tempat yang tidak jauh dari situ, untuk berjaga-jaga siapa tahu San’an berubah pikiran. Satu-satunya cara agar mereka dapat menahan kepedihan karena kehilangan guru mereka, adalah dengan berharap bahwa semuanya akan segera seperti sedia kala.
Siang berganti malam, masih belum ada perubahan. San’an berdiam diri di seberang peribadatan itu, di mana segerombola anjing liar biasanya berkumpul. Tempat itu berada di pinggir jalan yang biasa di lalui si jelita bila hendak ke kota. Berharap gadis itu akan memperhatikannya, San’an duduk dengan sabar, menatap gadis itu dengan penuh kerinduan setiap kali gadis itu lewat. Namun sang gadis tidak pernah melihatnya, terus berjalan menuju kota, seakan tidak pernah menyadari keberadaan San’an sama sekali.
Karena tidak mengetahui nama kekasihnya, Syekh memberinya nama Sinar Mentari (‘Ayn Syams). Dia membuat puisi dengan nama itu, kemudian menyanyikannya dengan nada sumbang sedih. Dia telah termangsa oleh cintanya sehingga tidak menghiraukan makan dan minum. Jika ada orang melemparkan sisa-sisa makanan untuk anjing liar, dia akan ikut ambil bagian; bila tidak, dia kelaparan bahkan tanpa menyadarinya.
Pada akhirnya, gadis itu melihat seorang lelaki tua aneh yang sedang duduk di atas debu. Karena ingin tahu, si gadis bertanya, “Kenapa engkau tinggal di sini bersama anjing? Apa engkau tidak memiliki rumah atau saudara?”
Saking girangnya disapa si Sinar Mentari, Syekh menjawab, “Aku tidak kenal rumah atau saudara. Apa yang kukenal adalah bahwa aku telah jatuh cinta padamu, dan akan tinggal di sini hingga engkau melihatku pantas untuk cintamu.”
Sinar Mentari tertawa mendengarnya dan mencemoohnya dengan jijik. “Apa kau tidak malu pada dirimu sendiri? Kau pantas untuk jadi kakekku. Orang seusiamu hanya pantas masuk kubur. Gadis semuda dan secantik diriku layak mendapatkan pemuda yang tampan.”
“Cinta tidak mengenal usia. Tidak peduli muda atau tua, cinta berpengaruh sama. Aku adalah abdimu, dan akan melakukan apa pun yang engkau katakan, jelitaku.”
Sang guru membicarakan cinta dan deritanya dengan begitu penuh perasaan sehingga perlahan-lahan sang gadis mempercayai ketulusannya. Sesungguhnya, gadis itu sadar, San’an akan melakukan apa pun keinginannya. Maka gadis itu berkata, “Jika apa yang kau katakana benar, maka engkau harus meninggalkan keyakinanmu dan berpindah ke dalam agama kami. Engkau harus membakar Kitab Suci dan meninggalkan seluruh kewajibanmu dari agamu. Engkau harus meminum anggur dan menanggalkan jubah ke=Syekh-anmu.”
San’an menjawab tuntunan yang mengejutkan tersebut dengan tenang. “Cinta menciptakan banyak tantangan bagi seorang pencinta. Ujiannya kejam dan bersimbah darah, tetapi hasilnya manis dan menyenangkan. Pencinta sejati tidak kenal agama, karena cinta itu sendiri merupakan keyakinannya. Dia tidak mengenal status, karena tidak ada tempat yang lebih tinggi dibandingkan menjadi bagian dari cinta.”
Ketika para pendeta dan anggota gereja Byzantium mendengar seorang guru Sufi telah setuju meninggalkan agamanya, mereka segera berpesta. Mereka menyelenggarakan acara di mana Syekh melemparkan Alquran ke dalam api, di mana Syekh menanggalkan jubahnya dan mengenakan sabuk gereja. Lalu Syekh meminum anggur dan membungkuk tunduk kepada si jelita pujaan hatinya. San’an bersukacita dengan yang lainnya, sambil bernyanyi, “Aku menjadi bukan apa-apa untuk cinta. Aku telah menjadi aib di dalam cinta. Tak seorang pun melihat apa yang dapat kulihat dengan mata cinta.”
Sementara umat Kristen bergembira, murid-murid Syekh meratap. Hati mereka retak dan hancur, karena guru mereka tidak melihat mereka menderita ataupun mendengar rintihan mereka.
San’an telah tunduk sepenuhnya pada perintah kekasihnya-tanpa peduli bahwa itu melanggar semua yang dulu dipertahankannya. Dan itu pun masih belum cukup; dia masih ingin membuktikan cintanya dengan memenuhi keinginan gadis dalam setiap tindakannya. Maka San’an pun bertanya, “Apa lagi yang dapat kulakukan untukmu?”
Gadis itu mendongak dan tertawa, “Engkau harus menyediakan uang untukku. Aku ingin perhiasan, emas dan koin perak. Jika engkau tidak memilikinya jangan buang waktumu, orang tua, pergilah dari pandanganku.”
Syekh menjawab bahwa dia tidak memiliki tujuan lain kecuali tempat ibadah tersebut, karena keberadaannya telah tersesat di dalam diri si gadis. Bahwa dia tidak memiliki apa-apa kecuali hatinya, dan itu pun sudah dia berikan kepada sang gadis. Bahwa dia tidak dapat hidup tanpa sang gadis-dia tidak tahan jauh dengannya. Dia akan melakukan apa saja yang diinginkan gadis, asal bisa bersamanya.
“Syarat pernikahanku,” kata gadis itu penuh pertimbangan, “adalah sengkau harus mengurus babiku selama satu tahun. Bila dalam jangka waktu itu engkau memenuhi keinginanku dengan memuaskan, aku akan jadi isterimu.”
Dengan senang hati San’an tinggal di kandang babi, dan dengan penuh perhatian dan kasih sayang dia merawat hewan-hewan yang tidak disukai kaum Muslim itu. Melihat gurunya tinggal di kandang babi, adalah hal yang terlalu memalukan bagi murid-murid San’an. Mereka mendatangi Syekh dan memohon, “Apa yang harus kami lakukan sekarang? Apakah engkau menginginkan kami pindah agama juga? Kami akan tinggal denganmu jika engkau mau.”
San’an berkata bahwa dia tidak menginginkan apa-apa dari mereka, dan mereka sebaiknya menempuh jalan mereka sendiri. Jika ada yang bertanya tentang mereka, dia akan mengatakan yang sebenarnya. Sekarang mereka harus pergi dan membiarkannya memelihara babi, karena dia tidak punya waktu untuk mereka.
Sambil menangis murid-murid Syekh kembali ke Makkah. Di sana mereka segera memisahkan diri karena takut harus menjelaskan kepada murid-murid lain mengenai apa yang telah terjadi di Rum. Namun ada satu orang yang tidak dapat mereka hindari. Orang itu adalah sahabat mereka, yang sedang mengembara ketika Syekh beserta mereka pergi ke Rum. Ketika dia pulang dan tidak menemukan gurunya, dia menanyakannya kepada mereka. Mereka terpaksa menceritakan semuanya.
Ketika mereka selesai, orang itu menjerit, dan berteriak dengan marah, “Murid macam apa kalian ini? Jika kalian mencintai sang guru, kalian harus membuktikannya. Kalian seharusnya malu pada diri kalian sendiri! Jika guru kalian membuang jubah Sufinya dan mengenakan sabuk pendeta, kalian seharusnya melakukan hal yang sama. Jika beliau tinggal di kandang babi, kalian seharusnya ikut bersamanya. Itulah tuntutan cinta-tidak peduli dibilang memalukan atau tidak waras. Beraninya kalian menghakimi Syekh kita berbuat salah! Apa yang memberi kalian kekuasaan untuk menasihatinya agar meninggalkan cintanya?”
Karena malu oleh temannya, murid-murid itu merendahkan kepala dengan penuh kesedihan. Dengan penyesalan mendalam, mereka memasuki tempat pengasingan diri di rumah murid yang setia tadi, mereka tidak makan maupun minum.
Pada hari ke-40, murid yang setia, yang telah menangis siang dan malam dalam dukacita untuk gurunya, mendapatkan sebuah penglihatan. Telah muncul awan debu dari tempat ibadah yang melayang-layang antara Syekh dan Tuhan. Tiba-tiba, awan debu itu menghilang, lalu Syekh diselimuti oleh cahaya. Kemudian terdengar suara kekal berkata, “Orang harus dibakar api Cinta agar layak menemui Kekasih Abadi. Nama dan jabatan tidak memiliki nilai di dalam Kesaksian Cinta. Sebelum dia dapat melihat Kebenaran, debu eksistensi harus dibersihkan dari cermin jiwa. Hanya setelahnya dia dapat melihat refleksi Kebenaran Kekasih di dalam cermin.”
Sang murid berlari menemui teman-temannya, dan menceritakan penglihatannya. Tanpa membuang waktu mereka segera kembali ke Rum.
Di luar kota, mereka menemukan Syekh yang sedang bersujud di tanah, menyembah Tuhan. Dia telah melampaui mesjid dan gereja, terbebas dari Islam maupun Kristen, terlepas dari perlekatannya pada status atau kealiman, dia telah bebas dari diri, bersatu dengan Kekasih Sejati. Syekh tampak diam, meski matanya bersinar, sarat dengan rahasia kebahagiaan yang hanya diketahui oleh Sang Kekasih dan pencinta. Murid-murid berkumpul mengelilingi gurunya. Syekh  bergabung dengan mereka kembali. Bersama-sama mereka kembali ke Makkah.
Sementara itu, gadis yang di beri nama Sinar Mentari oleh San’an memperoleh mimpi yang luar biasa. Di dalam mimpinya Tuhan menampakkan diri sebagai matahari. Gadis terjerembab di atas tanah dan menangis, “Oh, Tuhanku, betapa dungu aku yang belum mengenalmu. Tunjukkan jalan menuju-Mu, karena sekarang aku mengenalmu. Tunjukkan jalan menuju-Mu, karena sekarang aku telah melihat Kecantikan-Mu, aku tidak lagi dapat hidup tanpa-Mu. Aku juga tidak dapat berhenti sedetik pun hingga aku menyatu dengan-MU."
Gadis itu tidak sadarkan diri, kemudian menangis selama berjam-jam. Akhirnya sebuah panggilan datang dari Surga: “Pergilah kepada Syekh. Dialah yang akan menunjukkanmu jalan.”
Dia bergegas keluar tanpa sempat mengenakan alas kaki. Ketika dia menemukan San’an telah berangkat ke Makkah, gadis itu berlari keluar kota, menuju gurun mencari kafilah sang guru. Tetapi sudah terlambat, kafilah itu telah pergi berjam-jam sebelumnya. Gadis tanpa alas kaki itu terus berlari siang dan malam, tanpa air maupun makanan. Sepanjang jalan airmatanya jatuh menderas membasahi pasir yang kerontang. Dia menjerit sedih den pedih, memanggil sang guru dengan penuh cintah dan sayang.
Tangisnya sampai juga kepada hati Syekh. Dalam hatinya Syekh paham bahwa sang gadis telah meninggalkan semua yang dimilikinya untuk mencari Kekasihnya. San’an memberitahukan murid-muridnya berita tersebut, dan mengirim mereka untuk mencarinya. Mereka menemukan gadis itu dalam keadaan yang menyedihkan, terbaring di atas pasir karena kehausan dan kelelahan, sambil memanggil-manggil Syekh.
Di hadapan Syekh gadis itu menyembah kaki Syekh, dan memohon: “Guru besar, aku terbakar oleh cinta. Aku rindu ingin melihat Kekasihku, meski mataku tidak melihat apa-apa kecuali kegelapan. Bantu aku untuk melihat-Nya, karena aku tidak bisa bertahan tanpa Tuhanku.”  Syekh menggenggam tangan si gadis dengan lembut, dan menatap ke dalam matanya seolah melihat langsung ke dalam jiwanya, menuntun jiwanya menuju Tuhan melalui jiwa Syekh. Sang gadis terisak, “Oh, Cinta, aku tidak tahan untuk berpisah lagi. Selamat tinggal guru besar dari segala usia!” Dengan berucap begitu Sinar Mentari menyerahkan jiwanya kepada Kekasihnya dan kemudian meninggal dunia.
San’an berdiri, tidak bergerak untuk beberapa jenak. Murid-muridnya khawatir gurunya akan gila lagi. Namun akhirnya San’an mengangkat kepala dan menerawang jauh kearah gurun sambil berkata: “Beruntunglah mereka yang telah menyelesaikan perjalanannya dan menyatu dengan Tuhan-lah mereka hidup.”
San’an menghela nafas dan menambahkan, “Dan malanglah bagi mereka yang ditakdirkan untuk menuntun yang lainnya menuju Tujuan-karena mereka harus mengabaikan penyatuan dan terikat demi kesenangan dan kehendak-Nya!”